Dalam era transisi menuju pembangunan berkelanjutan, pendekatan ekonomi sirkular telah menjadi pondasi penting dalam perancangan ulang strategi bisnis. Tidak hanya sebagai konsep lingkungan, ekonomi sirkular kini diwujudkan melalui model bisnis konkret yang dikenal dengan Circular Business Model (CBM).
Memahami Circular Business Model (CBM)
Circular Business Model (CBM) merupakan pendekatan strategis yang mengintegrasikan prinsip ekonomi sirkular ke dalam model bisnis perusahaan, dengan tujuan mempertahankan nilai produk, material, dan sumber daya selama mungkin dalam siklus ekonomi. CBM tidak hanya berfokus pada efisiensi operasional, tetapi juga pada penciptaan sistem bisnis yang adaptif terhadap tantangan perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan tuntutan konsumen akan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
CBM tidak hanya berfokus pada efisiensi operasional atau pengurangan biaya, tetapi juga pada penciptaan sistem bisnis yang adaptif terhadap tantangan perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan tuntutan konsumen akan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Tiga komponen utama dalam CBM:
- Proposisi Nilai (Value Proposition): Menawarkan produk atau layanan yang memberikan manfaat sirkular, seperti daya tahan tinggi, layanan berbasis langganan, serta kepemilikan bersama.
- Penciptaan dan Penyampaian Nilai (Value Creation and Delivery): Mengelola sumber daya secara efisien dan memperkuat kolaborasi rantai pasok untuk menciptakan nilai berkelanjutan.
- Penangkapan Nilai (Value Capture): Menghasilkan pendapatan tidak hanya dari penjualan langsung, tetapi juga dari efisiensi biaya dan pemanfaatan kembali sumber daya.
Kerangka ReSOLVE: Panduan Strategis untuk Implementasi CBM
ReSOLVE merupakan kerangka kerja strategis yang dikembangkan oleh McKinsey & Company (2016) untuk membantu organisasi mendesain dan menerapkan inisiatif ekonomi sirkular. Berbeda dengan prinsip 9R, prinsip 9R ini digunakan dalam strategi alternatif aktivitas sirkularitas dalam upaya mempertahankan nilai material di dalam siklus produksi, sedangkan Kerangka kerja ReSOLVE digunakan dalam strategi penerapan model bisnis sirkular.

ReSOLVE terdiri dari enam strategi utama, yaitu sebagai berikut.
1. Regenerate (Regenerasi)
Fokus pada pemulihan dan pemeliharaan sumber daya alam. Strategi ini mendorong penggunaan energi terbarukan, praktik pertanian regeneratif, serta upaya konservasi untuk mengembalikan kesehatan ekosistem dan meningkatkan ketahanan lingkungan.
2. Share (Berbagi)
Bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan aset dan memperpanjang usia produk. Ini mencakup penerapan model ekonomi berbagi (sharing economy), penggunaan kembali (reuse), serta peningkatan daya tahan dan keandalan produk.
3. Optimize (Optimasi)
Meningkatkan efisiensi sistem melalui inovasi desain, digitalisasi, serta optimalisasi proses produksi dan distribusi. Strategi ini juga mencakup pengurangan limbah, energi, dan sumber daya yang terbuang sepanjang siklus hidup produk.
4. Loop (Sirkulasi Ulang)
Menjaga material tetap berada dalam siklus ekonomi dengan mendukung aktivitas daur ulang, perbaikan, refurbish, dan remanufaktur. Loop memperpanjang nilai guna produk dan material serta menghindari ekstraksi sumber daya baru.
5. Virtualize (Virtualisasi)
Mengganti produk fisik atau proses tradisional dengan solusi digital. Contohnya termasuk digitalisasi layanan (seperti e-banking, e-book) dan teknologi jarak jauh, yang secara signifikan mengurangi kebutuhan sumber daya fisik.
Exchange (Pertukaran)
Mendorong substitusi teknologi dan material yang tidak berkelanjutan dengan alternatif baru yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan bersifat sirkular. Ini mencakup adopsi material bio-based, energi terbarukan, serta inovasi teknologi berkelanjutan.
Sebagai kerangka berpikir strategis, ReSOLVE membantu organisasi untuk tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai baru yang berkelanjutan dan tahan krisis. Dengan enam pendekatan ReSOLVE, pelaku usaha bisa merancang sistem produksi dan konsumsi yang efisien, adaptif, dan inovatif.
Lima Circular Business Model (CBM)
Sebagai bagian dari transformasi menuju ekonomi sirkular, terdapat lima model bisnis sirkular yang dapat diterapkan untuk mempertahankan nilai sumber daya dan memperpanjang siklus hidup produk. Model ini bersifat fleksibel dan dapat digunakan secara terpisah maupun terintegrasi untuk menciptakan dampak yang lebih besar di berbagai sektor dan skala bisnis.
Lima model bisnis sirkular yang dapat diadopsi perusahaan dalam mendukung CBM adalah sebagai berikut.
- Input material yang sirkular (circular inputs), yaitu menggunakan energi terbarukan dan material daur ulang atau biologis untuk mengurangi sumber daya tak terbarukan.
- Model Berbagi (Sharing), yaitu mendorong pemakaian bersama produk agar lebih efisien dan mengurangi kebutuhan produksi baru.
- Jasa sebagai Produk (Product as a Service), yaitu menawarkan layanan melalui sewa, langganan, atau bayar per guna untuk memperpanjang hubungan produsen dan konsumen.
- Perpanjangan Umur Produk (Product Use/Life Extension), yaitu memperpanjang umur produk melalui perbaikan, peningkatan, remanufaktur, atau penjualan ulang.
- Pemulihan Sumber Daya (Resource Recovery), mengekstraksi kembali energi atau material dari limbah untuk digunakan sebagai bahan baku sekunder.
Penerapan CBM tak hanya berdampak lingkungan, tapi juga membuka peluang bisnis dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan. Dengan prinsip CBM, perusahaan bisa jadi pelopor menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.